Sebelumnya aku pernah punya cita-cita menjadi seorang
penulis. Akhirnya Cuma coba-coba aja masukin tulisanku ke lomba menulis yang
diadakan oleh Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM ) pada tahun
2009 lalu. Lomba yang saat itu tergagas oleh kak Ridlo Al Hamdi salah satu
pimpinan pusat IPM ini kemudian memilih 20 orang untuk dibukukan, dan tak
pernah ku sangka tulisanku masuk di buku itu bersama penulis lain dari berbagai
daerah. Termasuk di sana ada sahabatku Kalil. Aku mengajaknya dan ternyata kami
berdua masuk dalam jajaran penulis buku yang berjudul “Menjadi Pejuang”.
Buku ini menceritakan perjalanan para aktivis IPM, atau
dengan kata lain curhatan atau curcol mereka, menceritakan tentang tangis,
tawa, kelucuan dan berbagai hal yang dialaminya selama mereka di IPM. Sampai saat
ini, buku ini telah di cetak 2 kali.
Buku ini merupakan prestasi awal yang belum pernah aku
dapatkan sebelumnya dalam dunia tulis menulis. Namun sayang, komitmen untuk
menulisku masih kurang saat itu, yaitu saat aku duduk di kelas 2 SMA. Keberuntungan
terpublishnya tulisanku ini belum juga menjadikanku orang yang gemar
menulis.
Sampai akhirnya aku lulus, dan sekarang aku duduk di bangku
kuliah semester 4. Baru saja aku sangat gemar membaca buku. Perlu diketahui
bahwa sebelumnya aku tuh bukan tipe kutu buku. Tapi sejak aku paksakan untuk
terus membaca buku, baik itu novel, buku-buku motivasi yah buku-buku yang
ringan-ringan gitu, akhirnya ada sedikit kemauan untuk sadar akan membaca. Dan tidak
sampai di situ, mengingat banyaknya memori yang ku dapat dari buku itu aku jadi
ingin menulis, “lagi”. Berangkat dari training jurnalistik dan mengingat
kejayaan msa lalu, aku ingin kembali bangkit.
Sedikit alasan yang idealis, aku adalah anak Ikatan Pelajar
Muhammadiyah (IPM) dan merangkap juga di
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Lambang dari keduanya adalah pena yang
dapat diartikan sebagai para pelajar atau mahasiswa yang selalu membawa pena
dan menuliskan secara kritis apa yang ia ketahui. Di lambang IPM terdapat tulisan
ayat “Nuun, walqolami wamaa yasthuruun” (Nuun, demi pena dan apa yang mereka
tuliskan). Ini juga memberiku tantangan bahwa untuk apa mengaku sebagai anggota
IPM atau IMM jika tidak menulis.
Yang aku katakan adalah menulis, apapun tulisannya yang kita
tulis jangan merasa itu jelek, jangan merasa itu tidak layak untuk di baca
orang. Itu hak kita untuk menumpahkan pikiran kita dalam tulisan. Masalah jelek
– bagus, bermutu – tidak bermutu itu proses yang penting beranikan dulu menulis
maka perlahan kita akan terbiasa dan akan meningkatkan kualitasnya.
Yang penting adalah berani, tidak minder, komitmen. Tenang saja
kawan, aku juga baru saja memulai. Jadi jangan heran nanti hasil postingan saya
kurang ideal ya, harap maklum yang penting aku mencoba satu langkah. Harapannya kalian
mau menulis, bareng sama aku juga yang baru memulainya. Jadi itu dulu yang bisa
aku tulis, akhir kata (ini yang sering aku baca).
“ baca..baca..baca...”
“ tulis...tulis...tulis...”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar